Kamis, 19 September 2024

Doa' Tatkala Ditimpa Musibah

Berikut ini do'a-do'a ketika kita ditimpa musibah sesuai sunnah. 

Versi 1:

إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.” (HR: Muslim)


Versi 2:

اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ جَحْدِ الْبَلَاءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوْءِالْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِالْأَعْدَاءِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari susahnya bala’ (bencana), tertimpa kesengsaraan, keburukan qadha’ (takdir), dan kegembiraan para musuh.” (HR: Bukhari, Muslim & Abu Hurairah).


Versi 3:

Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa yang melihat orang yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan ini:

مَنْ رَاَى مُبْتَلًى فَقَالَ :الـحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّـا ابْتَلاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً، لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ اْلبَلاَءُ

“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang menimpamu dan memberikan keutamaan kepadaku atas makhluk (lainnya) yang Dia ciptakan), maka bencana tersebut tidak akan menimpa dirinya.” (HR: Tirmidzi dan Ibu Majah).

Imam Nawawi dalam kitabnya al Azkar menyebutkan, para ulama menganjurkan agar doa di atas dibaca pelan. Hanya dirinya saja yang mendengar dan tidak boleh orang yang terkena bencana mendengar Sikap seorang Muslim saat ditimpa musibah atau meghadapi masalah.


Versi 4:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أنَّ النبيَّ- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَقُوْلُ فِي دُعَائِهِ: اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ ومنْ شَرِّ مَا لَمْ أعْمَلْ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi ﷺ di dalam doanya mengucapkan, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku lakukan dan kejelekan yang belum aku lakukan.” (HR: Muslim ).


Versi 5: 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ « يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ »

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi ﷺ ketika dapat masalah berat (musibah), beliau membaca: “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan.” (HR: Tirmidzi no. 3524)


Waspadai Gempa dan Tsunami, Warga Kawasan Jabar Selatan










Gambar ilustrasi akibat gempa

Dihimbau warga Jawa Barat agar senantiasa waspada gempa. Setidaknya itulah pesan utama yang termuat pada Surat Edaran Nomor : 128/PB.01.03/BPBD, tanggal 02 September 2024, Tentang Meningkatkan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Gempa Bumi Megathrust Selat Sunda, yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, ditandatangani oleh Pj. Gubernur, Bey Triadi Machmudin.

Menanggapi hal itu, sesepuh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Surade, KH. Hafidz Zaelani, ketika diminta pendapatnya oleh salah seorang jamaah, menyampaikan tentang esensi musibah. Zaelani ingatkan jamaah pengajian syahriyahan edisi Rabi’ul Awwal 1446 Hijriyah, pada Ahad (08/09/2024), bahwa musibah memang adalah kuasa Allah.

“Musibah seperti banjir, gempa, kekeringan, wabah dan lain-lain adalah bagian dari rotasi dalam kehidupan manusia. Ia akan datang dan pergi. Musibah terjadi diluar kuasa manusia, karena atas kehendak Allah,” ucap Zaelani, yang menjadi nara sumber kajian tafsir.

Menurut, Zaelani senada dengan Muhammad Faizin, Kontributor nu.or.id, bahwa pemaknaan kata musibah, dalam Al-Qur’an sangat luas. Sehingga tidak hanya diartikan tunggal. Musibah bisa saja berarti azab, teguran atau peringatan, bahkan bisa berarti nikmat, yang semuanya hanya Allah Swt, yang tahu. Seraya mengutip ayat-ayat Al-Qur’an di antaranya Surat asy-Syura ayat 30, Surat al-Hadid ayat 22, dan Surat an-Nisa ayat 62.

Lantas, apa yang mesti dipersiapkan oleh publik dalam rangka peningkatan kewaspadaan itu? Karena hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat, kapan terjadi, dimana lokasi dan berapa kekuatannya, maka mengharuskan kita selalu siaga.

Apa bentuk kesiagaannya bagi masyarakat? Seperti edaran dari Gubernur tadi, bahwa mitigasi non struktural antisipatif terhadap kemungkinan terjadi bencana, ketika seismic gap terutama di wilayah Zona Megathrust Pantai Selatan Jawa Barat benar-benar terjadi, dapat diusahakan oleh kita, antara lain:

1.     Upaya kesiapsiagaan harus terus-menerus bentuk mitigasi non struktural, dengan membangun kapasitas masyarakat dalam rangka melakukan praktik aksi dini, cara-cara mengurangi resiko, jika gempa bumi dan tsunami terjadi;

2.     Meningkatkan edukasi, sosialisasi dan literasi bagi masyarakat, serta melakukan simulasi penyelamatan diri saat terjadi gempa bumi dan tsunami, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap risiko gempa bumi dan tsunami;

3.     Mengoptimalkan Early Warning System (EWS) atau peringatan dini berbasis kearifan budaya setempat seperti kentongan, speaker masjid, alarm, jaringan komunitas media sosial, dan sejenisnya;

4.     Melakukan koordinasi kesiapan mekanisme kedaruratan serta melaksanakan simulasi rencana kontingensi menghadapi ancaman bencana dengan mengajak seluruh stakeholder terkait;

Menyimpan kontak lembaga Penanganan Darurat bencana ke Pusdalops PB BPBD Provinsi Jawa Barat yaitu nomor telepon 022-73513621 atau Call Center 0823-1701-2056.** (MA).


Minggu, 08 September 2024

Sadar Literasi Keislaman Penting, Penyuluh Agama Kec. Surade Rutin Kajian Kitab Kuning










Aktivitas pengajian rutin

Disela-sela melaksanakan tugas pokok bimbingan dan penyuluhan kepada sasaran kelompok binaan dan sasaran lainnya, sejak awal Semester kedua tahun 2024 ini, para Penyuluh Agama Islam (PAI) Kecamatan Surade, berkomitmen secara rutin melakukan kajian kitab kuning setiap pekan.

Demikian keterangan disampaikan oleh Mansur Asyarie, Koordinator PAI Kecamatan Surade dalam bincang santai, usai melaksanakan rapat koordinasi program keagamaan bagi para penyuluh agama di Surade, Rabu (21/08/2024).

Komitmen melakukan kajian kitab kuning (kitab klasik yang umumnya berbahan kertas kekuning-kuningan, red) ini dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran bahwa pada kitab itu terdapat khazanah intelektual yang luas tentang wawasan keislaman. Terutama pondasi dasar ilmu-ilmu agama. Asyarie, menimpali.

Untuk merealisasikan kesadaran itu, PAI melakukan kajian sekaligus share pemahaman dan pendapat masing-masing terkait dengan topik kajiannya. Topik yang dikaji sesuai dengan jadwal. Secara berurutan, Pekan I kajian tentang nahwu shorof dan wawasan teknologi informasi terapan; Pekan II, kajian tentang ushul fiqh; Pekan III, mengkaji tentang ilmu fiqh; dan  IV tentang tauhid.

Adapun kitab-kitab yang dijadikan objek kajian pada tahap awal ini, diutamakan kitab-kitab terkait dengan ilmu-ilmu mendasar keislaman. Seperti nahwu shorof, Mukhtashar Jiddan (Syeh Abul Abbas Ahmad bin Sayyid Zaini Dahlan); ushul fiqh, An-Nufahât Syarah Al-Waraqât (Syeh Ahmad Bin Abdul Lathif); fiqh, Kâsyifatus Saja Syarah Safînatun Najâ (Syeh Muhammad Nawawi Al-Bantani); tauhid, Syarah Tîjân Ad-Darârî (Syeh Ibrahim Al-Bajuri, Syeh Nawawi Al-Bantani). Dilengkapi sebagai nilai tambah kajian, dengan wawasan teknologi terapan, sesuai kebutuhan teknis kerja para PAI.

Sebagai wahana sharing, maka untuk narasumbernya adalah para penyuluh sendiri yang dipandang dapat menguasai permasalahan sesuai bidang kajiannya, secara bergiliran sesuai topik dan jadwal. Serta bersifat terbuka untuk menerima dan melengkapi kajian sesama teman kerja.

“Dengan kajian ini, diharapkan dapat men-support kerja dan kinerja para penyuluh agama. Terutama dalam hal pengembangan karir, dan pemahaman serta penguasaan materi esensi keislaman, yang di antaranya menjadi tugas keseharian mereka. Di samping itu, setidaknya dapat menyegarkan kembali ingatan-ingatan lama, sewaktu menjadi santri. Agar tidak pudar sejalan zaman.” Lanjut Mansur menjelaskan harapan-harapannya.

Mengingat urgensi kajian serta melihat atensi peserta terus meningkat, belakangan ini kajian diikuti juga oleh seluruh staf pegawai di lingkungan KUA Surade. Tanpa mengurangi perhatian dan waktu pelayanan keagamaan di kantor.* (MA)

 

Doa' Tatkala Ditimpa Musibah Berikut ini do'a-do'a ketika kita ditimpa musibah sesuai sunnah.  Versi 1: إنا لله وإنا إليه راجعون...